PEMBAHASAN
A.
Terapeutik Dalam Al-Qur’an
1. Pengertian Terapi
Kata “ therapy” (dalam bahasa
inggris) bermakna pengobatan dan penyembuhan, sedangkan dalam bahasa arab kata
therapy sepadan dengan الاستشفاء yang berasal dari شفاء
– يشفى – شفى
, yang artinya menyembuhkan. Seperti yang telah digunakan oleh Muhammad Abdul
Aziz al Khalidiy dalam kitabnya “ Al Istisyfa’ bil Qur’an “ ( بالقرانالاستشفاء ( .[1]
firman Allah Ta’ala yang memuat kata syifa’ :
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# ôs% Nä3ø?uä!$y_ ×psàÏãöq¨B `ÏiB öNà6În/§ Öä!$xÿÏ©ur $yJÏj9 Îû ÍrßÁ9$# Yèdur ×puH÷quur tûüÏYÏB÷sßJù=Ïj9 ÇÎÐÈ
“ wahai manusia, sesungguhnya telah datang
kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh untuk penyakit yang ada di dalam
dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman ( percaya dan
yakin) “. ( yunus, 10 : 57 ).
ãAÍit\çRur z`ÏB Èb#uäöà)ø9$# $tB uqèd Öä!$xÿÏ© ×puH÷quur tûüÏZÏB÷sßJù=Ïj9 wur ßÌt tûüÏJÎ=»©à9$# wÎ) #Y$|¡yz ÇÑËÈ
“
Dan kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu (yang dapat menjadi) penyembuh dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman (percaya dan yakin), dan Al-Quran itu
tidak akan menambah kepada orang yang berbuat aniaya melainkan kerugian “ ( Al isra’, : 82 ).
2. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah masdar yang diartikan dengan arti isim maf’ul, yaitu maqru’, yang dibaca.
(T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Bulan Bintang, 1972: 16) Dari segi istilah
Abdul Wahhab Khallaf memberikan definisi
bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah,
Muhammad bin Abdullah melalui al-Ruhul Amin (Jibril as) dengan lafal-lafalnya
yang berbahasa Arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadi hujjah bagi Rasul,
bahwa ia benar-benar Rasulullah, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi
petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana pendekatan diri dan ibadah kepada
Allah dengan membacanya. Al-Qur’an itu terhimpun dalam mushaf, dimulai dengan
surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas, disampaikan kepada kita
secara mutawatir dari generasi ke generasi secara tulisan maupun lisan. Ia
terpelihara dari perubahan atau pergantian. (Abd. Al-Wahhab Khallaf, 1972:23)
Sedangkan syifa’ sebagai nama lain dari Al-Qur’an
juga disebutkan dalam tafsir al-Razi sebagai urutan yang kesembilan seperti
yang dikemukakan di bawah ini
وتاسعها, الشقاء (وننزل من القران ما هو شفاء
ورحمة للمؤمنين) وقوله (وشفاء لما في الصدور) وفيه وجهان, احدهما: أنه شفاء من
الأمراض. والثاني: أنه شفاء من مرض الكفر,لأنه تعالى وصف الكفر والشك بالمر ض,
فقال (في قلو بهم مرض) وبالقران يزول كل شك عن القلب, فصح وصفهبأنه شفاء.
Nama lain dari Al-Qur’an yang ke Sembilan
adalah ad-syifa’. Firman Allah swt: وننزل من القران ما هو شفاء ورحمة للمؤمنين “ Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. Pada ayat lain Allah swt
berfirman: وشفاء لما في الصدور “dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada”. Dalam hal ini,
terdapat dua pendapar: pertama Al-Qur’an sebagai syifa’ (obat)
terhadap berbagai penyakit. Kedua, Al-Qur’an sebagai syifa’ (obat)
terhadap penyakit kufr, karena Allah swt, menisbahkan kufur dan keraguan
sebagai penyakit, sebagaimana firman-Nya: في قلو بهم
مرض “dalam hati mereka ada
penyakit”. Dengan Al-Qur’an dapat menghilangkan tiap-tiap keraguan dalam
hati. Karena itu sudah tepat jika Al-Qur’an dinisbikan sebagai syifa’.
3. Terapeutik dalam Al-Qur’an
Pengobatan Al-Qur’an adalah pengobatan dengan cara ayat-ayat
Al-Qur’an dibacakan kepada orang yang sakit (pasien) ditambah pula dengan
doa-doa ma’tsur, yang dilakukan secara berulang kali sampai sembuh dengan izin
Allah. Jadi, hal yang mempengaruhi pasien adalah bacaan Al-Qur’an.(Abdel Daem
Al-Kaheel, Amzah ,2012: 5)
Bahwasanya konsep penyembuhan, pengobatan atau perawatan dari suatu
penyakit yang terdapat dalam Al-Qur’an asalnya mengandung makna untuk (Muhammad
Abdul ‘Aziz Al-Khalidy,1990:64) menguatkan keimanan dengan Al-Qur’an, membenarkan suatu keyakinan bahwa
barangsiapa ditimpa suatu penyakit, maka sesungguhnya ia mampu mengobati
penyakit itu kapan saja ia kehendaki dengan mencari metode atau penyembuhnya.
Keyakinan orang yang mempercayai (beriman kepada Rasulullah saw, bahwa Tuhannya
telah memberi petunjuk kepadanya mengenai pelajaran-pelajaran tentang
rahasia-rahasia Al-Qur’an dan dari padanya terdapat rahasia pengobatan atau
penyembuhan yang bermakna.
Adapun arti penyembuh/obat (syifa’) yang
terdapat dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa Al-Qur’an itulah akal dan penyembuh
bagi siapa yang meyakininya. Dalam hal itu Al-Qur’an sebagai penyembuh dibagi
dua bagian:
a. Bersifat umum, seluruh isi Al-Qur’an secara
maknawi, surat-surat, ayat-ayat, maupun huruf-hurufnya adalah memiliki potensi
penyembuh atau obat, sebagaiman firmanNya dalam surat Yunus ayat 57 di atas.
Dalam beberapa riwayat seperti diriwayatkan oleh
Mardawiyah dari Abu Said al Khudri ra. Ia mengatakan bahwa ada seorang lelaki
mengtakan, “ sesungguhnya hamba mengalami keraguan yang ada dalam dada hamba:.
Kemudian Nabi saw, bersabda kepadanya : “bacalah Al=Qur’an! Karena sesungguhnya
Allah ta’ala berfirman: “ Al-Qur’an itu obat bagi penyakit yang ada dalam
dada”. Riwayat Ibnu Majah dari Ali ra., mengatakan bahwasanya Rasulullah saw
bersabda: “sebaik-baik obat adalah Al-Qur’an”. (Muhammad
Abdul ‘Aziz Al-Khalidy,1990:65)
b. Bersifat khusus, yakni bukan seluruh
Al-Qur’an, melainkan hanya sebagian bahwa ada dari ayat-ayat atau surat-surat
dapat menjadi obat atau penyembuh terhadap suatu penyakit secara spesifik bagi
orang-orang yang beriman dan meyakini akan kekuasaan Allah ta’ala, sebagaimana
firmanNya dalam surat Al-Isra ayat 82 di atas.
Kekhususan-kekhususan itu dapat dilihat dalam beberapa ayat yang
memiliki kekhususan pula, seperti:
1) Asmaul Husna
وَلِلهِ الأَسْمَا ءُ
الحُسْنَى فَادْعُو هُ بِهَا (الأءرف:١٨٠)
“Dan Allah memiliki nama-nama
yang baik, maka berdo’alah kepada-Nya ddengan menggunakan nama-nama itu”.
(Al-A’raaf,7:180)
Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra, “sesungguhnya Allah ta’ala mempunyai
sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barang siapa telah menghafalnya
masuk surge. Sesungguhnya Allah itu ganjil, dan menyenangi yang ganjil. Dialah
dzat yang bernama Allah, tidak ada sesembahan kecuali Dia Maha pemelihara
keamanan, (Nama Dzat yang Maha Suci yang mengandung makna kesucian, tidak dapat
diserupakan dengan apapun dan oleh siapapun).
2) Kalimat “Basmalah”
Firman Allah Ta’ala: اِنّه
مِن سُلَيْمَانَ وَ اِنَّهُ بِسْمِاللهِالرَّحْمَنِالرَّحيْم (النمل: ٣٠)
“Sesungguhnya ayat itu berasal dari Sulaiman, dan
istrinya adalah dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
(An-Naml,27:30)
Rasulullah saw, menyatakan “ apabila seseorang ingin
memulai suatu pekerjaan hendak ia memulainya dengan membaca kalimat “basmalah”
agar selama melakukan pekerjaan itu senantiasa di dalam bimbingan rahmat Allah
ta’ala.
3) Surat Al-Fatihah
Rasulullah saw, menyatakan, pembuka kitab (surat
Al-Fatihah) merupakan obat untuk semua penyalit, kecuali yang beracun dan racun
kematian. (HR. Baihaqi dari Jabir, ra.)( Muhammad
Abdul ‘Aziz Al-Khalidy,1990:104)
4) Beberapa surat yang lain:
Rasulullah saw, menyatakan, barangsiapa telah membaca dua ayat yang
terakhir dari surat Al-Baqarah pada waktu malam hari niscaya keduanya
mematikannya; membaca ayat kursi menjauhkan diri dari syetan hingga pada hari;
membaca surat Al-Kahfi dapat mendatangkan kebahagiaan.(Imam Bukhari, Shahih
Bukhari 2, Beirut,1994:231-232)
Al-Qur’an dalam waktu singkat telah
berhasil membentuk kepribadian manusia yang utuh, seimbang, aman, dan tentram.
Dengan kekuatan dahsyat yang lahir dari perubahan itu, orang islam mampu
menggoncang dan mengubah sejarah dunia. Diantara metode Al-Qur’an untuk
mengobati penyakit yang berkenaandengan kejiwaan (psikoterapi) adalah
membangkitkan keimanan kepada akidah tauhid, takwa, ibadah, shalat, puasa,
zakat, haji, sabar, zikir, dan taubat.(M. Utsman,2000: 258)
B.
Terapeutik Dalam As-Sunnah (Hadits)
1. Pengertian As-Sunnah
As-Sunnah menurut bahasa berarti jalan
hidup yang dijalani atau dibiasakan, baik jalan hidup itu baik atau buruk
(Muhammad Adib Shalih, Pustaka Firdaus, 1991:1) terpuji ataupun tercela
(Musthafa al-Siba’I, Pustaka Firdaus, 1991:1) pengertian serupa ini sejalan
dengan bunyi hadits Nabi yang artinya: “Barangsiapa membuat sunnah yang
terpuji, maka baginya pahala sunnah itu dan pahala orang lain yang
mengenalkannya, dan barangsiapa menciptakan sunnah yang buruk, maka ia mendapat
dosa sunnah buruk.” Juga sebuah hadits yang artinya: “Karena semua pasti akan
mengikuti sunnah-sunnah oramg-oramg sebelum kamu,sejengkel demi sejengkel, dan
sehasta demi sehasta.”
Sunnah dalam pengertian para ahli hadits
ialah sesuatu yang didapatkan dari Nabi saw yang terdiri dari ucapan,
perbuatan, persetujuan, sifat fisik atau budi, atau biografi, baik pada masa
sebelum kenabian ataupun sesudahnya.
Penggunaan term syifa’ dalam hadits Nabi
saw sebagaimana dikutip oleh al-Zarnakhsyari, al-Qurtubi, Imam Abi Hafs al-Dimasqi
dan al-Maraghi dalam karyanya, yaitu عن الذبي صلى الله
عليه و سلم. من لم يستشف بالقران فلا شفاءالله. “ dari Nabi saw. Barang siapa yang tidak
berobat dengan Al-Qur;an, maka Allah tidak akan menyembuhkannya. (Aswadi,
PMN, 2002:65)
2. Terapeutik dalam As- Sunnah (Al-Hadits)
Ada beberapa hadits yang menyatakan
bagaimana Rasulullah saw melakukan penyembuhan secara psikoterapi dianyaranya:(
Razak, HA dan Rais Lathif, Pustaka Al-Husna, 1980:170-175)
a. Dari Abu Said ra, ia menyatakan bahwa
malaikat jibril as berkata pada Rasulullah saw:” Wahai Muhammad apakah anda
sedang sakit? Nabi saw mwnjawab:”benar”. Berkata Jibril as:
بِسْمِ اللهِ أًرْقِيْكَ مِنْ كًلِّ شَيئِ
يُؤْذِيْكَ مِنْ كُلِّ ذِى نَفْسٍ اَوْ عَيْنِ حَاسِدِز اللهُ يَشْفِيْكَ بِاسْمِ
اللهِ أُر قِيْكَ (زواه مسلم)
“
Dengan nama Allah aku membaca mantra (doa) untukmu dari segala sesuatun yang
menyusahkanmu, dari semua jiwa atau mata orang yang dengki. Allah akan
menyembuhkannu. Dengan nama Allah aku membacakan mantra (do’a) untuk
menangkalmu”. (HR. Muslim)
b. Dari Aisyah ra. beiaui mengatakan,
bahwasanya apabila ada yang sakit diantara kami beliau mengusap kedua tangan
karenanya (di tempat yang sakit) sambil berdo’a:
اَللهُمَّ رَبَّ النَّسِ اَذْهِبِ البَاسَ
وَاشْفِ اَنْتَ الشَّافِى لاَ شِفَاءَ اِلاَّ شِفَا ئُكَ شِفَاءُ لاَ يُغَادِرُ
سَقَامًا
“
ya Allah, Tuhannya manusia, hilangkanlah penyakit ini dan sembuhkanlah, Karena
Engkaulah yang Maha Penyembuh. Tidak ada kesembuhan selain kesembuhan-Mu yaitu
penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.” (HR. Muslim)
c. Dari Aisyah ram beliau menyatakan:
“Bahwasanya apanila Rasulullah saw sakit, beliau membaca dua surat Al-Qur’an
(Al-Falaq dan An Naas) untuk dirinya dan meniupkannya. Kemudian ketika sakitnya
bertambah keras, maka sayalah yang membacanya lalu saya usapkan ketempat yang
sakit itu dengan menggunakan tangan beliau, demi mengharapkan berkahnya”. (HR.
Muslim)
d. Dari Utsman bin Abil ‘Ash bahwa ia
menderita suatu penyakit ditubuhnya sejak ia masuk islam dan hal itu dsampaikan
kepada Rasulullah sae. Kemudian bersabda: “letakkanlah tanganmu pada tempat
yang terasa sakit, lalu ucapkanlah:
بِسْمِ اللهِ ثَلاَثَا وَقُلْ سَبْعَ
مَرَّاتٍ: اَعُوْذُ بِاللهِوَقَدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا اُحِدُوَ اُحَاذِرُ (رواه
مسلم)
“
Dengan nama Allah sebanyak tega kali, dan ucapkanlah tujuh kali: aku berlindung
dengan Allah dan kekuasaanNya dan kejahatan usaha temui dan waspadai.” (HR.
Muslim)
[1] M.
Hamdani Bakran Adz-Dzaky. Pskoterapi dan konseling islam ( Yogyakarta :
Fajar Pustaka Baru, 2001) Hlm 221