ADLER
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Alfert Adler dilahirkan di Wina
pada tanggal 7 Februari 1870, sebagai ank kedua dari enam bersaudara. Pada usia
lima tahun nyaris meninggal karena penyakit preunomia. Pada saat itulah Adler
bercita-ciya menjadi dokter dan melawan penyakit yang dideritanya. Tahun1895
dia mendapat gelar M.D dari universitas Wina. Pada tahun 1911 Adler menerbitkan
buku The Neurotic Contitution yang merupakan landasan Psikologi
Individual.
Asumsi pokok Adler menekankan
pentingnya hakekat sosial dari manusia. Pendekatan Adler ini menekankan
pentingnya kerjasama pihak konseli dan bantuan kepadanya untuk mengantisipasi
keberhasilannya. Perhatian diarahkan kepada keluhan masalah dan perasaan
individu, penafsiran dilakukan mengenai motif-motifnya pada
tujuan-tujuannya.
Orientasi kembali terjadi dengan
sangat efektif apabila konseli dikonfrontasikan dengan teknik “bercermin”,
dimana konseli dapat mrlihat tujuan-tujuan dan cara mencapai tujuan itu
sehingga mereka menyadari kekuatannya untuk membuat keputusan sendiri.
B.
Rumusan Masalah
1. Jelaskan biografi Alferd
Adler. Bapak Individual Psychologie!
2. Bagaimana Pandangan
Adler mengenai Pribadi Manusia?
3. Mengapa Individualitas
sebagai Pokok Persoalan dalam teori Adler?
4. Bagaimana Penerapan
Prinsip-Prinsip Psikologi Individual dalam Konseling Kelompok?
5. Apa Tujuan
Konseling Psikologi Individual?
6. Bagaiman Peranan
dan Fungsi Konselor?
7. Apa saja Tahap-Tahap
Konseling Kelompok?
8. Apa Keterbatasan
Konseling Kelompok Psikologi Individual?
C.
Tujuan
1. Memahami biografi
Alferd Adler sebagai bapak individual psycologie.
2. Mengetahui
pandangan Adler mengenai pribadi manusia.
3. Mengetahui sebab
individualitas sebagai pokok persoalan dalam teori Adler?
4. Mengetahui
penerapan prinsip-prinsip psikologi individual dalam konselor kelompok.
5. Mengerti tujuan
konseling psikologi individual.
6. Memahami peranan
dan fungsi konselor.
7. Mengetahui dan
memahami tahap-tahap konseling kelompok.
8. Memahami
keterbatasan konseling kelompok psikologi individual.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Alferd Adler. Bapak Individual
Psychologie
Alferd Adler lahir di Wina pada
tanggal 7 Februari tahun 1870. Dia menyelesaikan studinya dalam lapangan
kedokteran pada Universitas Wina pada tahun 1895. Mula-mula mengambil
spesialisasi dalam Ophthalmologi, dan kemudian dalam lapangan psikiatri.
Mula-mula-mula bekerja sama dengan Freud dan menjadi anggota serta akhirnya
menjadi presiden “Masyarakat Psikonalisis Wina”. Namun dia segera mengembangkan
pendapatnya sendiri yang menyimpang dari pendapat Freud serta lain-lain anggota
persatuan itu, yang akhirnya menyebabkan dia mengundurkan dari jabatannya sebagai
presiden serta dari keanggotaannya dalam “Masyarakat Psikonalisis Wina”
tersebut dan mendirikan aliran baru yang diberinya nama Individual
Psychologie. Hal ii terjadi pada tahun 1911.[1]
Perbedaan prinsip Adler dengan
Freud adalah sebagai berikut[2]:
1. Freud memandang
komponen kehidupan yang sehat adalah kemampuan “mencintai dan berkarya”. Bagi
Adler masalah hidup selalu bersifat sosial. Fungsi hidup sehat bukan hanya
mencintai dan berkarya, tetapi juga merasakan kebersamaan dengan orang lain dan
mempedulikan kesejahteraan meraka. Manusia dimotivasi oleh dorongan social,
bukan dorongan seksual. Dorongan social adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir,
meskipun kekhususan hubungan dengan orang dan pranata social ditentukan oleh
pengalaman bergaul dengan masyrakat. Dalam satu segi, Adler sama dengan Freud
dan Jung, yakni kepribadian memiliki sifat biologic, kodrat inheren membentuk
kepribadian manusia, Freud mementingkan seks, Jung menekankan pola
pemikiran primordial, sedang Adler menekankan minat social.
2. Freud memandang
kepribadian sebagai proses biologic-mekanis, sedang Adler termasuk pelopor ego
kreatif. Ego adalah system subyektif yang sangat dipersonifikasikan, yang
menginterpretasi dan membuat pengalaman baru untuk membantu pemenuhan gaya
hidup pribadi yang unik.
3. Adler menekankan
adanya keunikan pribadi. Setiap pribadi merupakan konfigurasi unik dari
motif-motif, sifat, minat, dan
nilai-nilai, setiap perbuatan dilakukan orang secara khas gaya hidup orang itu.
4. Adler
memandang kesadaran sebagai pusat
kepribadian, bukan ketidaksadaran.
5. Adler keras
berpendapat bahwa semua kehidupan selalu bergerak. Dia memilih tidak berfikir
dalam kerangka struktur dan perkembangannya. Karena konsep semacam itu di
anggapnya cenderung membuat kongkrit sesuatu yang abstrak.
B.
Pandangan Adler mengenai Pribadi
Manusia
Pandangan Adler bahwa
tindakan,pikiran, dan perasaan manusia harus dilihat sebagai satu kesatuan untuk
yang konsisten. Seseorang memilih menjadi tipe yang ia inginkan melalui usaha
coba-coba sewaktu kanak-kanak dan secara konsisten akan menjadi orang tipe
seperti itu sepanjang kehidupannya. Adler menyebut konsistensi ini sebagai
bentuk kehidupan,pola kehidupan atau gaya hidup, manusia membentuk pandangan
tentang diri mereka sendiri dan dunia dan orang-orang di dalamnya, serta
bagaimana mereka berperilaku di dunia itu. [3]
Bagi Adler, kehidupan manusia di
motivasi oleh satu dorongan utama, dorongan untuk mengatasi perasaan inferior
dan menjadi superior. Jadi tingkah laku ditentukan utamanya oleh pandangan
mengenai masa depan, tujuan dan harapan kita. Inferiorita bagi Adler berarti
perasaan lemah dan tidak terampil dalam menghadapi tugas yang harus diselesaikan.
Bukan rendah diri terhadap orang lain dalam pengertian yang umum, walaupun ada
unsure membandingkan kemampuan orang lain yang lebih berperngalaman.
Superiorita, bukan lebih baik disbanding orang lain atau mengalahkan orang
lain, tetapi berjuang menuju superiorita berarti terus menerus berusaha menjadi
lebih baik, menjadi semakin dekat dan semakin dekat dengan tujuan ideal
sesseorang.[4]
Adler menekankan tanggung jawab,
perjuangan mencapai kelebihan dari orang lain, dan upaya mencari nilai-nilai
dan keberartian hidup. Oleh karena itulah pendekatan Adler itu tampak sebagai
suatu model pertumbuhan. Orang-orang dari Adler menolak gagasan bahwa banyak
individu yang “sakit” secara psikologis dan sangat membutuhkan “penyembuhan”.
Sebaliknya mereka memandang pekerjaannya sebagai upaya mengajar orang tentang
cara-cara yang lebih baik untuk menghadapi tantangan dari tugas hidupnya,
memberikan pengarahan, dan mendorong kearah perilaku yang menguntungkan.
C.
Individualitas sebagai Pokok
Persoalan
Adler memberi tekanan kepada
pentingnya sifat khas (unik) kepribadian, yaitu individualitas, kebulatan serta
sifat-sifat pribadi manusia. Menurut Adler tiap orang adalah suatu konfigurasi
motif-motif, sifat-sifat, serta nilai-nilai yang khas, tiap tindak yang
dilakukan oleh seseorang membawakan corak khas gaya kehidupannya yang bersifat
individual.[5]
Adler memilih nama Psikologi
Individu (Individual Psikoloy) dengan harapan dapat menekankan keyakinannya
bagi setiap orang itu unik dan tidak dapat di pecah-pecah. Psikologi idividu
menekankan pentingnya unitas kepribadian, fikiran, perasaan, dan kegiatan semua
diarahkan ke satu tujuan tunggal dan mengejar satu tujuan. Ketidak konsistenan
tingkah laku tidak ada, kalau dilihat dalam kaitannya dengan tujuan final menjadi
superiorita atau menjadi sukses, semua kegiatan itu konsisten dan bermakna. [6]
D.
Penerapan Prinsip-Prinsip Psikologi
Individual dalam Konseling Kelompok
Kelompok memberikan konteks
sosial dimana pada anggotanya mengembnagkan rasa bermasyarakat. Karena masalah
konflik manusia itu ditemukan dan dikembangkan dalam kaitannya dengan hubungan
sosial, maka suasana kelompok merupakan pendekatan yang cocok, bukan saja untuk
menyoroti dan memunculkan hakikat konflik dan kesalahsuaian seseorang,
melainkan juga untuk memberikan pengaruh yang bersifat perbaikan. Rasa rendah
diri akan mendapatkan tantangan dan tindakan penangkalan secara efektif dalam
suasana kelompok, dan konsep-konsep dan nilai-nilai yang keliru yang merupakan
akar dari masalah-masalah social-emosional, dapat dipengaruhi secara mendalam
oleh kelompok, karena kelompok itu adalah suatu wahana pembentukan nilai.
Kelompok memberikan konteks
social dimana pada anggotanya mengembangkan rasa diterima dan rasa
bermasyarakat. Para peserta dalam kegiatan kelompok akan melihat bahwa
kebanyakan dari masalah yang mereka
hadapi. Itu pada hakikatnya merupakan persoalan antar prinadi, bahwa
perilaku mereka itu mempunyai makna social, dan bahwa tujuan-tujuan mereka akan
dapat dipahami sebaik-baiknya apabila dikaitkan dengan tujuan-tujuan social.
Beberapa diantara factor-faktor terapiutik yang terdapat dalam kegiatan
kelompok yang berorientasi kepada jalan Adler sebagai berikut:
1. Kelompok memberikan
cerminan dari perilaku manusia.
2. Para peserta
kelompok mendapat keuntungan dari balikan yang diberikan oleh peserta lain dan
konselor.
3. Para peserta
menerima bantuan dari peserta lain dan pada gilirannya memberikan bantuan
kepada yang lain.
4. Kelompok memberikan
kesempatan untuk menguji kenyataan dan untuk mencoba perilaku-perilaku yang
baru.
5. Suasana kelompok
mendorong para peserta untuk membuat komitmen guna mengambil tindakan dalam
mengubah hidupnya sendiri.
6. Pergaulan dalam
kelompok membantu para peserta untuk memahami fungsinya dalam pekerjaan,
keluarga, dan juga mengungkapkan bagaimana para peserta mencari tempatnya dalam
masyarakat.
7. Kelompok di tata
sedemikian rupa sehingga para peserta dapat memenuhi kebutuhannya untuk
diterima.
Keberhasilan proses komselimg
dalam pelaksanaanya ditentukan oleh banyak factor. Dalam hal ini Gladding
(dikutip dari Lesmana, 2005) menjelaskan ada lima factor yang mempengaruhi
konseling, yaitu struktur, inisiatif, tatanan (setting), kualitas klien,
kualitas konselor.[7]
1. Struktur, menurut Wills
(2009) adalah susunan proses konseling yang dilakukan konselor secara
sistematis.
2. Inisiatif,
dipandang sebagai motivasi untuk berubah.
3. Setting, dalam hal
ini yang perlu dilakukan konselor adalah bagaimana membuat ruang klien nyaman
dan memberikan ketenangan pada klien.
4. Kualitas klien,
diman karakteristik klien dan kesiapannya menjalani proses konseling.
5. Kualitas konselor,
konselor sebagai pihak yang paling memahami akan dibawa kemana arah konseling
dan mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan konseling.
E.
Tujuan Konseling Psikologi
Individual
Konseling dengan pendekatan Adler
mempunyai empat tujuan pokok yang selaras dengan empat tahap dalam proses
konseling. Tujuan-tujuan yang berlaku bagi konseing individual maupun konseling
kelompok itu adalah sebagai berikut:
1. Membentuk dan
memelihara hubungan empatik di antara konseli dengan konselor yang di dasarkan
atas saling mempercayai dan menghargai dimana konseli merasa dipahami dan
diterima konselor.
2. Memberikan suatu
iklim terapeutik dimana konseli dapat memahami keyakinan-keyakinan dan
perasaan-perasaan dasarnya mengenai diri sendiri dan memahami, mengapa
keyakinan itu salah.
3. Membantu konseli
mengembangkan wawasan mengenai tujuan-tujuannya yang keliru dan perilakunya
yang cenderung merugikan dirinya melalui proses konfrontasi dan penafsiran.
4. Membantu klien
menemukan pilihan-pilihan dan mendorongnya membuat pilihan.
F.
Peranan dan Fungsi Konselor
Konselor mempunyai peranan dan
fungsi yang aktif dalam proses konseling kelompok dengan pendekatan Adler.
Konselor senantiasa tampil dalam kegiatan kelompok dan berpartisipasi secara
aktif, tidak berusaha untuk menjauhkan diri dari kegiatan kelompok. Konsep tentang konselor tersembunyi (anonymous
counselor) tidak dikenal dalam pendekatan Adler. Konsep konselor
tersembunyi ini akan mengembangkan jarak antara konselor dengan konseli, dan
mengganggu persamaan kedudukan di antara anggota kelompok, dan mengurangi
hubungan pribadi dengan pribadi di antara konselor dan konseli, yang justru
merupakan gagasan dasar dalam pendekatan Adler ini. Setiap konselor mempunyai
perasaan dan pemikiran, dan dia mempunyai kebebasan untuk menyatakannya.
Konselor dapat berperan pula
sebagai salah seseorang peserta dalam upaya terapeutik yang berdasarkan kerjasama
antar anggotanya. Peranan aktif konselor dalam konseling kelompok dengan
pendekatan Adler ini tampak dalam komitmen konselor pada waktu menerapkan
teknik-teknik konseling kelompok, seperti konfrontasi, pengungkapan diri,
penafsiran dan analisis tentang pola perilaku yang bertahan. Konselor mendorong
konseli untuk mengungkapkan keyakinan dan tujuan-tujuannya, dan membantunya
untuk menerjemahkan apa yang telah dipelajarinya dalam kelompok menjadi
keyakinan-kaeyakinan dan perilaku baru yang lebih sehat.
Peran aktif konselor itu tanpak
pula sebagai penerapan fungsi konselor sebagai contoh atau model bagi para
konseli. Dalam hal ini. Para konseli lebih banyak belajar dari contoh konselor
, yaitu meniru dan meneladani apa yang diperbuat oleh konselor daripada
melakukan apa yang dikatakan konselor. Model ini di ambil oleh para konseli
dari perilaku konselor, baik selama pertemuan dan kegiatan kelompok, maupun
dalam kehidupan konselor diluar kegiatan kelompok konseling. Hal ini menuntut
konselor untuk memiliki pemahaman yang jelas mengenai identitasnya sendiri,
keyakinannya sendiri dan perasaannya sendiri. Para konselor harus pula
menyadari kondisi dasar yang sangat penting bagi pertumbuhan para konselinya,
yaitu: empati, rasa hormat, perhatian, keaslian, keterbukaan, penghargaan yang
positif, pemahaman mengenai dinamika perilaku, dan kemampuan menggunakan
teknik-teknik yamg berorientasi pada tindakan yang dapat mendorong perubahan
pada diri konseli. Fungsi-fungsi tersebut tidak akan dapat ditampilkan tanpa peran
aktif konselor.
Sonstegard (Corey, 2004)
mengidentifikasi empat tugas pokok yang dilakukan oleh konselor kelompok yang
menggunakan pendekatan Adler dalam membangun rasa bermasyarakat dalam suatu
kelompok, yaitu:
1. Membangun dan
mempertahankan hubungan kelompok.
2. Menguji pola dan
tujuan tindakan dan perilaku para anggota kelompok.
3. Menunjukkan kepada
individu-individu dalam kelompok tujuan yang dikejar dan logika pribadi yang
menunjang tujuan itu, dan
4. Melaksanakan
pengalaman pendidikan yang cenderung meningkatkan perasaan bermasyarakat dan
minat social dari para anggota.
Tugas-tugas itu merupakan tujuan
dari konseling kelompok dengan pendekatan Adler, dan selaras dengan tahap-tahap
perkembangan suatu kelompok.
G.
Tahap-Tahap Konseling Kelompok
Menurut Dreikurs (1969), terdapat
empat tahap dalam konseling kelompok dengan pendekatan Adler yang selaras
dengan keempat tujuan konseling yang dikemukakan dalam bagian terdahulu dan
sampai begitu jauh terdapat tumpang tindih aatara tahap yang satu dengan tahap
yang lainnya. Keempat tahap itu adalah:
1. Membentuk dan
memelihara hubungan terapeutik yang tepat.
2. Menjajaga dinamika
yang terjadi di dalam diri individu angota-anggota kelompok (analisis)
3. Mengkomunikasikan
kepada individu, pemahaman mengenai diri sendiri (wawasan).
4. Melihat berbagai
pilihan yang baru dan membuat pilihan yang baru (reorientasi).
H.
Keterbatasan Konseling Kelompok
Psikologi Individual
Sperry (Corey,2004)
menganggap psikologi Adler itu merupakan suatu model perilaku yang paling
integrative dan luas di antara model-model lain, baik yang modern maupun yang
tradisional, akan tetapi Sperry menganggap teori ini mempunyai potensi untuk
tidak berkembang. Dia berpendapat bahwa dalam teori dan teknik-teknik
pendekatan Adler terdapat sedikit peerkembangan, tetapi akhir-akhir ini tidak
diperluas, dia yakin pendekatan Adler ini hanya akan menjadi catatan historis
saja. Pada kesempatan yang sama, Nicoll(1996) mengemukakan bahwa seharusnya
teori Adler ini secara sinambung terus bertumbuh kembang, dan mekar untuk menjawab
pertanyaan,permasalahan dan ilmu pengetahuan dalam konseling dan psikologi,
seperti halnya Adler sendiri menyatakan suatu prinsip bahwa kehidupan itu bukan
merupakan sesuatu yang berada (being) saja, tetapi harus menjadi (becoming).
BAB III
KESIMPULAN
Alferd Adler lahir di Wina pada
tahun 1870. Dia menyelesaikan studinya dalam lapangan kedokteran pada
Universitas Wina pada tahun 1895. Adler menekankan adanya keunikan pribadi.
Setiap pribadi merupakan konfigurasi unik dari motif-motif, sifat, minat, dan nilai-nilai, setiap
perbuatan dilakukan orang secara khas gaya hidup orang itu.
Adler memandang kesadaran sebagai pusat kepribadian, bukan
ketidaksadaran.
Adler
keras berpendapat bahwa semua kehidupan selalu bergerak.. Bagi Adler, kehidupan
manusia di motivasi oleh satu dorongan utama, dorongan untuk mengatasi perasaan
inferior dan menjadi superior.
Adler memilih nama Psikologi
Individu (Individual Psikoloy) dengan harapan dapat menekankan keyakinannya
bagi setiap orang itu unik dan tidak dapat di pecah-pecah.
Beberapa diantara faktor-faktor
terapiutik yang terdapat dalam kegiatan kelompok yang berorientasi kepada jalan
Adler sebagai berikut:
1. Kelompok memberikan
cerminan dari perilaku manusia.
2. Para peserta
kelompok mendapat keuntungan dari balikan yang diberikan oleh peserta lain dan
konselor.
3. Para peserta
menerima bantuan dari peserta lain dan pada gilirannya memberikan bantuan
kepada yang lain.
4. Kelompok memberikan
kesempatan untuk menguji kenyataan dan untuk mencoba perilaku-perilaku yang baru.
5. Suasana kelompok
mendorong para peserta untuk membuat komitmen guna mengambil tindakan dalam
mengubah hidupnya sendiri.
6. Pergaulan dalam
kelompok membantu para peserta untuk memahami fungsinya dalam pekerjaan,
keluarga, dan juga mengungkapkan bagaimana para peserta mencari tempatnya dalam
masyarakat.
7. Kelompok di tata
sedemikian rupa sehingga para peserta dapat memenuhi kebutuhannya untuk
diterima.
Tujuan-tujuan yang berlsku bagi
konseing individual maupun konseling kelompok itu adalah sebagai berikut:
5. Membentuk dan
memelihara hubungan empatik di antara konseli dengan konselor yang di dasarkan
atas saling mempercayai dan menghargai dimana konseli merasa dipahami dan
diterima konselor.
6. Memberikan suatu
iklim terapeutik dimana konseli dapat memahami keyakinan-keyakinan dan
perasaan-perasaan dasarnya mengenai diri sendiri dan memahami, mengapa
keyakinan itu salah.
7. Membantu konseli
mengembangkan wawasan mengenai tujuan-tujuannya yang keliru dan perilakunya
yang cenderung merugikan dirinya melalui proses konfrontasi dan penafsiran.
8. Membantu klien
menemukan pilihan-pilihan dan mendorongnya membuat pilihan.
Sonstegard (Corey, 2004)
mengidentifikasi empat tugas pokok yang dilakukan oleh konselor kelompok yang
menggunakan pendekatan Adler dalam membangun rasa bermasyarakat dalam suatu
kelompok, yaitu:
1. Membangun dan
mempertahankan hubungan kelompok.
2. Menguji pola dan
tujuan tindakan dan perilaku para anggota kelompok.
3. Menunjukkan kepada
individu-individu dalam kelompok tujuan yang dikejar dan logika pribadi yang
menunjang tujuan itu, dan
4. Melaksanakan
pengalaman pendidikan yang cenderung meningkatkan perasaan bermasyarakat dan
minat social dari para anggota.
Empat tahap konseling kelompok
itu adalah:
5. Membentuk dan
memelihara hubungan terapeutik yang tepat.
6. Menjajagi dinamika
yang terjadi di dalam diri individu angota-anggota kelompok (analisis)
7. Mengkomunikasikan
kepada individu, pemahaman mengenai diri sendiri (wawasan).
8. Melihat berbagai
pilihan yang baru dan membuat pilihan yang baru (reorientasi).
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol,
Psikologi Kpribadian, 2011,Malang:UMM.
Lubis , Namora Lumonnga, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam
Teori dan Praktik, 2011,Jakarta: Prenada Media Group.
Palmer, Stephen,
Konseling dan Psikoterapi, 2010, ogyakarta:Pustaka Pelajar.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi
Kepribadian. , 2011, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Natawidjaya, Rohcman, konseling
kelompok konsep dasar dan pendekatan, 2009, Bandung: Rizqi Press.
[2] Alwisol, Psikologi
Kpribadian, (Malang:UMM, 2011), hal.63-64.
[3] Stephen Palmer, Konseling dan
Psikoterapi, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2010),hal. 33.
[4] Alwisol, Psikologi
Kepribadian, (Malang:UMM Press,2011),hal. 66.
[6] [6] Alwisol, Psikologi
Kepribadian, (Malang:UMM Press,2011),hal. 68.
[7]
Namora Lumonnga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan
Praktik, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011),hal. 69-72.